Kisah Menjelang Wafat Rosulloh Muhammad S.A.W

Diriwayatkan bahwa surah AI-Maidah ayat 3 diturunkan pada waktu sesudah ashar yaitu pada hari Jumat di padang Arafah pada musim haji terakhir [Wada].

Pada masa itu Rasulullah s.a.w. berada di Arafah di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah s.a.w. tidak begitu jelas menangkap isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan.*

Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah s.w.t.dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu.” Setelah itu Malaikat Jibril a.s. pergi, maka Rasulullah s.a.w. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah.Setelah Rasulullah s.a.w. mengumpulkan para sahabat beliau, maka Rasulullah s.a.w. pun menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s. Ketika para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: “Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuna.”
Namun ketika Abu Bakar r.a. mendengar keterangan Rasulullah s.a.w. itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis dengan kuat. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga malam.

Kisah tentang Abu Bakar r.a. menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar r.a. dan mereka berkata: “Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah sempurna.” Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar r.a. pun berkata: “Wahai para sahabatku, kalian semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kalian tahu bahawa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna menunjukkan bahwa perpisahan kita dengan Rasulullah s.a.w telah dekat. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda.”

Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar r.a. maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar r.a., lalu mereka menangis. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus beritahu Rasulullah s.a.w. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah seorang dari para sahabat: “Ya Rasulullah s.a.w., kami baru kembali dari rumah Abu Bakar r.a. dan kami mendapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di hadapan rumah beliau.” Ketika Rasulullah s.a.w. mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah s.a.w. dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar r.a..

Sesampainya Rasulullah s.a.w. sampai di rumah Abu Bakar r.a. maka Rasulullah s.a.w. melihat para sahabatnya sedang menangis dan bertanya: “Wahai para sahabatku, mengapa kamu semua menangis?.” Kemudian Ali r.a. berkata: “Ya Rasulullah s.a.w., Abu Bakar r.a. mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Benarkah ini ya Rasulullah?.” Lalu Rasulullah s.a.w. berkata: “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar r.a. adalah benar, dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat.” Abu Bakar r.a. mendengar pengakuan Rasulullah s.a.w., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pingsan, sementara Ali r.a. pula gemetar seluruh tubuhnya. Dan para sahabat yang lain menangis dengan sekuat-kuatnya yang mereka mampu..

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas rda. pada saat sudah dekat wafatnya Rasulullah s.a.w., beliau menyuruh Bilal azan untuk mengerjakan shalat, lalu berkumpul para Muhajirin dan Anshar di masjid Rasulullah s.a.w.. Kemudian Rasulullah s.a.w. menunaikan shalat dua raka’at bersama semua yang hadir. Setelah selesai mengerjakan shalat beliau bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata: “Allhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan izinnya. Dan saya ini adalah sebagai saudara kandung kalian, yang kasih sayang pada kalian semua seperti seorang ayah. Oleh karena itu kalau ada yang mempunyai hak untuk menuntutku, maka hendaklah ia bangun dan balaslah saya sebelum saya dituntut di hari kiamat.”

Rasulullah s.a.w. berkata demikian sebanyak 3 kali kemudian bangunlah seorang lelaki yang bernama ‘Ukasyah bin Muhshan dan berkata: “Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah s.a.w, kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu saya tidak mau melakukan hal ini.” Lalu ‘Ukasyah berkata lagi: “Sesungguhnya dalam Perang Badar saya bersamamu ya Rasulullah, pada masa itu saya mengikuti unta anda dari belakang, setelah dekat saya pun turun menghampiri anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha anda, tetapi anda telah mengambil tongkat dan memukul unta anda untuk berjalan cepat, yang mana pada masa itu saya pun anda pukul pada tulang rusuk saya. Oleh itu saya ingin tahu sama anda sengaja memukul saya atau hendak memukul unta tersebut.”
 Rasulullah s.a.w. berkata: “Wahai ‘Ukasyah, Rasulullah s.a.w. sengaja memukul kamu.” Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal r.a.: “Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari.” Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata: “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk diqishash.”

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah r.a. menyahut dengan berkata: “Siapakah di pintu?.” Lalu Bilal r.a. berkata: “Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. untuk mengambil tongkat beliau.” Kemudian Fatimah r.a. berkata: “Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal r.a.: “Wahai Fatimah, ayhandamu telah menyediakan dirinya untuk diqishash.” Bertanya Fatimah. r.a. lagi: “Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah s.a.w.?.” Bilal r.a. tidak menjawab pertanyaan Fatimah r.a., segeralah Fatimah r.a. memberikan tongkat tersebut, maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah S.A.W.

Setelah Rasulullah S.A.W. menerima tongkat tersebut dari Bilal r.a. maka beliau pun menyerahkan kepada ‘Ukasyah. Ketika melihat hal itu maka sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan sayyidina Umar bin Khattab berdiri dan berkata, “Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu! Pukul dan qisaslah kami berdua sepuasmu dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah saw.!” Namun, dengan lembut, Rasulullah saw. berkata kepada kedua sahabat terkasihnya itu, “Duduklah kalian berdua. Allah telah mengetahui kedudukan kalian.” Kemudian berdiri sayyidina Ali bin Abi Thalib yang langsung berkata, “Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di hadapan Nabi saw. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan qisas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku semaumu dengan tangan engkau sendiri!” Berkata Rasulullah saw. “Allah Swt. telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”

Setelah itu cucu Rasulullah Hasan dan Husin bangun dengan berkata: “Wahai ‘Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah s.a.w., kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah s.a.w.” Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah s.a.w. pun berkata: “Wahai buah hatiku, duduklah kalian berdua.” Berkata Rasulullah s.a.w. “Wahai ‘Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul.” Kemudian ‘Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah s.a.w., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.” Maka Rasulullah s.a.w. pun membuka baju, terlihatlah kulit baginda yang putih dan halus maka menangislah semua yang hadir.
Seketika ‘Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah s.a.w. maka ia pun mencium beliau dan berkata; “Saya tebus anda dengan jiwa saya, ya Rasulullah s.a.w. siapakah yang sanggup memukul anda. Saya melakukan begini karena saya hendak menyentuhkan badan anda yang dimuliakan oleh Allah s.w.t dengan badan saya. Dan Allah s.w.t. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu.” Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya.”

Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata: “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah s.a.w. di dalam syurga.”

Saya selalu menangis setiap membaca kisah ini, Yaa Allah mudahkanlah Syafa’at Nabi Mu bagi kami dengan keagungan-Mu dan dan kekuasaan-Mu,, Aamiin ya Rabb!!!!

Ketika Ustadz Yusuf Mansur Berbisnis

Dia seorang ustaz. Dia punya pondok pesantren. Lebih dari itu, dia bukan lagi seorang tokoh agama. Nama Yusuf Mansur mulai menggelinding sebagai pebisnis.

Yusuf telah membeli tidak hanya sebuah hotel di Jakarta Barat, tapi juga tanah luas di sekitarnya. Uang dari mana?

Ini yang menarik. Modal investasi itu didapat dari orang lain, yakni para individu yang percaya menanamkan uangnya lewat Yusuf (sedikit banyak, status juru dakwah membuat Yusuf mudah dipercaya).

Setiap orang menyetor minimum Rp1 juta. Uang miliaran rupiah pun terkumpul.

Yang dilakukan Yusuf Mansur dikenal dengan sebutan crowdfunding atau crowdsourcing di negara-negara Barat. Pada dasarnya, ini kegiatan mengumpulkan uang dari khalayak, lalu menanamkan uang itu ke sebuah usaha (biasanya perusahaan rintisan/start-up).

Para penyetor dana akan otomatis menjadi pemegang saham.

Lazimnya, patungan seperti ini dikelola oleh perusahaan. Berbeda dengan Yusuf Mansur yang bertindak sebagai individu, sehingga bisnis apa yang digeluti tentu pilihan dia sendiri dan tak ada kontrol.

Bila Anda berminat menanamkan uang ke cara-cara seperti ini, ada beberapa hal yang perlu Anda ingat.

Pertama, pengelolaan pendanaan khalayak harus terbuka. Itulah mengapa, di luar negeri rata-rata yang melakukan berbadan hukum perusahaan. Agar bisa saling kontrol.

Kedua, bisnis ini tidak ada yang menjamin. Baik Lembaga Penjamin Simpanan, Otoritas Jasa Keuangan, atau siapa pun. Ketika rugi, hanya pengelola dana alias Yusuf Mansur yang bisa dimintai pertanggungjawaban.

Ketiga, Indonesia belum memiliki aturan tentang model bisnis crowdfunding seperti ini. Mungkin kalau penyelenggaranya perusahaan, aturannya jelas, harus lewat OJK.

Keempat, seperti kebanyakan tawaran investasi lainnya, tingkat pengembalian yang ditawarkan cukup menggiurkan. Dalam setahun, uang Anda bertambah 8 persen. Setelah 10 tahun, seluruh dana investasi Anda akan dikembalikan.

Pengembalian itu seperti pembagian dividen, karena kepemilikan penanam dana tidak serta-merta berakhir. Ini berarti usaha yang dikelola oleh Yusuf harus memiliki untung di atas 8 persen, agar tetap ada keuntungan yang bisa dibagikan tahun berikutnya.

Kelima, katakanlah bisnis yang dikelola Yusuf memiliki untung. Persoalan yang muncul kemudian, tidak ada penjelasan tentang penyesuaian nilai kepemilikan akibat bertambahnya nilai aset.

Keenam, jaminan investasi yang ditanamkan bukanlah pada bisnisnya, melainkan pada Yusuf yang berperan sebagai manajer investasi. Jadi terserah dia uang itu mau ditanam di mana, yang penting bisa menghasilkan keuntungan.

Ketujuh, dan yang terpenting, perlu diingat bahwa Yusuf Mansur berperan sebagai pengusaha, bukan ustaz. Dia bukan bertindak sebagai hamba Allah yang menyalurkan sedekah. Hubungan Yusuf dan mitranya adalah relasi bisnis — dan dia menjanjikan keuntungan.

Itu yang menjadi tujuan utamanya. Jangan sampai tergiur dengan iming-iming pahala.

Semoga tetap kritis.

Sumber : yahoo

Melihat kebaikan dalam segala hal

Sebenarnya, melihat kebaikan dalam segala hal merupakan ungkapan yang biasa. Dalam kehidupan kita sehari-hari, orang sering mengatakan, "Pasti ada kebaikan (hikmah) di balik kejadian ini," atau, "Ini merupakan berkah dari Allah."

Biasanya, banyak orang mengucapkan ungkapan-ungkapan tersebut tanpa memahami arti sebenarnya atau semata-mata hanya mengikuti kebiasaan masyarakat yang tidak ada maknanya. Kebanyakan mereka gagal memahami arti yang sebenarnya dari ungkapan-ungkapan tersebut atau bagaimana pemahaman itu dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada dasarnya, kebanyakan manusia tidak sadar bahwa ungkapan-ungkapan tersebut tidak sekadar untuk diucapkan, tetapi mengandung pengertian yang penting dalam kejadian sehari-hari.

Kenyataannya, kemampuan melihat kebaikan dalam setiap kejadian, apa pun kondisinya-baik yang menyenangkan maupun tidak-merupakan kualitas moral yang penting, yang timbul dari keyakinan yang tulus akan Allah, dan pendekatan tentang kehidupan yang disebabkan oleh keimanan. Pada akhirnya, pemahaman akan kebenaran ini menjadi sangat penting dalam menuntun seseorang tidak hanya untuk mencapai keberkahan hidup di dunia dan akhirat, tetapi juga juga untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang tak akan berakhir.

Tanda pemahaman yang benar akan arti iman adalah tidak adanya kekecewaan akan apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini. Sebaliknya, jika seseorang gagal melihat kebaikan dalam setiap peristiwa yang terjadi dan terperangkap dalam ketakutan, kekhawatiran, keputusasaan, kesedihan, dan sentimentalisme, ini menunjukkan kurangnya kemurnian iman. Kebingungan ini harus segera dienyahkan dan kesenangan yang berasal dari keyakinan yang teguh harus diterima sebagai bagian hidup yang penting. Orang yang beriman mengetahui bahwa peristiwa yang pada awalnya terlihat tidak menyenangkan, termasuk hal-hal yang disebabkan oleh tindakannya yang salah, pada akhirnya akan bermanfaat baginya. Jika ia menyebutnya sebagai "kemalangan", "kesialan", atau "seandainya", ini hanyalah untuk menarik pelajaran dari sebuah pengalaman. Dengan kata lain, orang yang beriman mengetahui bahwa ada kebaikan dalam apa pun yang terjadi. Ia belajar dari kesalahannya dan mencari cara untuk memperbaikinya. Bagaimanapun juga, jika ia jatuh dalam kesalahan yang sama, ia ingat bahwa semuanya memiliki maksud tertentu dan mudah saja memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam kesempatan mendatang. Bahkan jika hal yang sama terjadi puluhan kali lagi, seorang muslim harus ingat bahwa pada akhirnya peristiwa tersebut adalah untuk kebaikan dan menjadi hak Allah yang kekal. Kebenaran ini juga dinyatakan secara panjang lebar oleh Nabi saw.,

"Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula." (HR Muslim)

Hanya dalam kesadaran bahwa Allah menciptakan segalanya untuk tujuan yang baik sajalah hati seseorang akan menemukan kedamaian. Adalah sebuah keberkahan yang besar bagi orang-orang beriman bila ia memiliki pemahaman akan kenyataan ini. Seseorang yang jauh dari Islam akan menderita dalam kesengsaraan yang berkelanjutan. Ia terus-menerus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Di sisi lain, orang beriman menyadari dan menghargai kenyataan bahwa ada tujuan-tujuan Ilahiah di balik ciptaan dan kehendak Allah.

Karena itu, adalah memalukan bagi orang beriman bila ia ragu-ragu dan ketakutan terus-menerus karena selalu mengharapkan kebaikan dan kejahatan. Ketidaktahuan terhadap kebenaran yang jelas dan sederhana, kekurangtelitian, dan kemalasan hanya akan mengakibatkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Kita harus ingat bahwa takdir yang ditentukan Allah adalah benar-benar sempurna. Jika seseorang menyadari adanya kebaikan dalam setiap hal, dia hanya akan menemukan karunia dan maksud Ilahiah yang tersembunyi di dalam semua kejadian rumit yang saling berhubungan. Walau ia mungkin memiliki banyak hal yang mesti diperhatikannya setiap hari, seseorang yang memiliki iman yang kuat-yang dituntun oleh kearifan dan hati nurani-tidak akan membiarkan dirinya dihasut oleh tipu muslihat setan. Tak peduli bagaimanapun, kapan pun, atau di mana pun peristiwa itu terjadi, ia tidak akan pernah lupa bahwa pasti ada kebaikan di baliknya. Walaupun ia mungkin tidak segera menemukan kebaikan tersebut, apa yang benar-benar penting baginya adalah agar ia menyadari adanya tujuan akhir dari Allah.

Berkaitan dengan sifat terburu-buru manusia, mereka kadang-kadang tidak cukup sabar untuk melihat kebaikan yang ada di dalam peristiwa yang menimpa mereka. Sebaliknya, mereka menjadi lebih agresif dan nekat dalam mengejar sesuatu walaupun hal tersebut sangat bertentangan dengan kepentingan yang lebih baik. Di dalam Al-Qur`an, hal ini disebutkan,

"Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (al-Israa`: 11)

Meski demikian, seorang hamba harus berusaha melihat kebaikan dan maksud Ilahiah dalam setiap kejadian yang disodorkan Allah di depan mereka, bukannya memaksa untuk diperbudak oleh apa yang menurutnya menyenangkan dan tidak sabar untuk mendapatkan hal itu.

Walau seseorang berusaha untuk mendapatkan status finansial yang lebih baik, perubahan itu mungkin tidak pernah terwujud. Tidaklah benar jika seseorang menganggap suatu kondisi itu merugikan. Tentu saja seseorang boleh berdo'a kepada Allah untuk mendapatkan kekayaan jika kekayaan itu digunakan di jalan Allah. Bagaimanapun juga, ia harus mengetahui bahwa jika keinginannya itu tidak dikabulkan Allah, itu disebabkan alasan tertentu. Mungkin saja bertambahnya kekayaan sebelum matangnya kualitas spiritual seseorang dapat mengubahnya menjadi orang yang gampang diperdaya oleh setan. Banyak alasan Ilahiah lainnya-di antaranya tidak langsung disadari atau hanya akan terlihat di akhirat-dapat mendasari terjadinya sebuah peristiwa. Seorang usahawan, misalnya, bisa saja tertinggal sebuah pertemuan yang akan menjadi pijakan penting dalam kariernya. Akan tetapi, jika saja pergi ke pertemuan itu, ia bisa tertimpa kecelakaan lalu lintas, atau jika pertemuannya diadakan di kota lain, pesawat yang ditumpanginya bisa saja jatuh.

Tak ada seorang pun yang kebal terhadap segala peristiwa. Biasakanlah untuk melihat bahwa pada akhirnya ada suatu kebaikan dalam sebuah peristiwa yang pada awalnya terlihat merugikan. Meski demikian, seseorang perlu ingat bahwa ia tidak akan selalu dapat mengetahui maksud sebuah peristiwa adalah sesuatu yang merugikan. Ini karena, sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya, kita tidak selalu beruntung dapat melihat sisi positif yang muncul. Mungkin juga Allah hanya akan menunjukkan maksud keilahian-Nya di akhirat nanti. Karena alasan itulah, yang harus dilakukan oleh orang yang ingin menyerahkannya pada takdir Allah dan memberikan kepercayaannya kepada Allah adalah menerima setiap kejadian itu-apa pun namanya-dengan keinginan untuk mencari tahu bahwa pastilah ada kebaikan di dalamnya dan kemudian menerimanya dengan senang hati.

Harus disebutkan juga bahwa melihat kebaikan dalam segala hal bukan berarti mengabaikan kenyataan dari peristiwa-peristiwa tersebut dan berpura-pura bahwa hal itu tidak pernah terjadi, atau mungkin menjadi sangat idealis. Sebaliknya, orang beriman bertanggung jawab untuk mengambil tidakan yang tepat dan mencoba semua cara yang dianggap perlu untuk memecahkan masalah. Kepasrahan orang yang beriman tidak boleh dicampuradukkan dengan cara orang lain, yang karena pemahaman yang tidak sempurna tentang hal ini, mereka tetap saja tidak acuh terhadap apa pun yang terjadi di sekitar mereka dan optimis tetapi tidak realistis. Mereka tidak bisa membuat keputusan yang rasional ataupun menjalankan keputusan tersebut. Ini dikarenakan yang ada pada mereka adalah optimistis yang melenakan dan kekanak-kanakan, bukan mencari pemecahan masalah. Sebagai contoh, ketika seseorang didiagnosis menderita penyakit yang serius, keadaannya saat itu mungkin paling parah sampai pada titik fatal yang diabaikannya selama masa pengobatan. Contoh lainnya, jika seseorang tidak menyadari pentingnya mengamankan harta bendanya, walau ia pernah mengalami pencurian, besar kemungkinan akan menjadi korban lagi dari kejadian serupa itu.

Pastilah cara-cara tersebut jauh dari sikap menaruh kepercayaan kepada Allah dan dari "melihat kebaikan dalam segala hal". Pada hakikatnya, sikap tersebut berarti ceroboh. Kebalikannya, orang yang beriman harus berusaha mengendalikan situasi sepenuhnya. Pada dasarnya, sikap yang menuntun diri mereka ini adalah suatu bentuk "penghambaan", karena ketika mereka terlibat dalam situasi tersebut, pikiran mereka dikuasai oleh ingatan akan kenyataan bahwa Allahlah yang membuat peristiwa itu terjadi.

Di dalam Al-Qur`an, Allah menghubungkan kisah para nabi dan orang beriman sebagai contoh bagi mereka yang sadar akan hal ini. Inilah yang harus diteladani oleh seorang mukmin. Sebagai contoh, sikap yang merupakan respons Nabi Huud terhadap kaumnya menunjukkan penyerahan total dan rasa percayanya yang kokoh kepada Allah, walaupun ia mendapatkan perlakuan yang buruk.

"Kaum 'Aad berkata, 'Wahai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan memercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.' Huud menjawab, 'Sesungguhnya, aku menjadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya, aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya, Tuhanku di atas jalan yang lurus.' Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya, Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu." (Huud: 53-57)

sumber: buku online harun yahya

Masjid Megah sepi Jama'ah

Pada saat ini ada beberapa orang yang membangun masjid yang mewah. Berbagai peralatan seperti sound system yang mahal juga ada di dalamnya.

Namun karena mewah dan mahalnya barang-barang yang ada di dalamnya, akhirnya orang tidak bisa leluasa sholat di masjid tersebut. Sering masjid berada dalam posisi terkunci sehingga orang tidak bisa sujud di dalamnya. Pengurus masjid takut kalau-kalau barang-barang yang ada di masjid dicuri!

Rasulullah SAW bersabda:”Akan datang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja, tidak ada Al Qur’an kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah tetapi kosong dari petunjuk serta ulama’nya adalah orang yang paling jahat yang berada di bawah langit …” (HR. Al Baihaqi).

Masjid jadi sarana untuk mempertontonkan kemewahan di tengah-tengah mayoritas rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Itu adalah dosa besar. Belum lagi jika orang tidak bebas beribadah di dalamnya.

Oleh karena itu hendaklah tidak membangun masjid mewah. Tapi bangunlah masjid seperti masjid Nabawi di mana di sana tersedia suffah tempat orang-orang miskin bernaung dan beribadah serta menuntut ilmu.

Masjid yang didirikan dengan dasar takwa agar di dalamnya orang-orang bisa beribadah jauh lebih baik ketimbang masjid mewah yang kosong:

“Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri……..”(At Taubah, 108).

***

Dari Sahabat

Orang Toraja meninggal siapkan kerbau seharga mobil Mercy

Ada istilah yang lahir dari kebudayaan pesta adat kematian Rambu Solo di Toraja. Istilah tersebut adalah 'Mercy Bufallo' yang merupakan gabungan dari merek mobil mewah Mercedez dengan Bufallo yang berarti kerbau.

"Makanya ada istilah Mercy Bufallo karena setiap orang Toraja kalau meninggal harus sedia puluhan kerbau. Apalagi kerbau belang yang harganya Rp 250 juta per ekor," kata warga Toraja, Abu kepada merdeka.com saat berkunjung ke Tana Toraja, Sabtu (18/5).

Sama halnya dengan warga Toraja lainnya, Abu juga menyiapkan 40 kerbau sewaktu neneknya meninggal. Dia menganggap semakin banyak kerbau yang terkumpul maka semakin mudah neneknya mencapai Nirwana. Selain itu, banyaknya kerbau yang disembelih saat upacara itu membuktikan bahwa keluarganya adalah keluarga terpandang.

Merdeka.com kemudian berkesempatan untuk melihat kediaman nenek Abu, benar saja 40 tanduk kebau berjejer vertikal di tiang batu mengikuti atap rumah Tongkonan Toraja.

Di dalam Tongkonan tersebut, Abu mengaku sempat menyimpan jasad neneknya sembari keluarganya mengumpulkan uang. Mereka juga hidup bersama jasad neneknya yang telah mati di dalam rumah Tongkonan yang hanya terdiri dari dua ruangan sedang.

Yang menarik, meski Abu tetap menjalankan ritual atau pesta kematian Rambu Solo, Abu ternyata mengeluhkan dan mengkritik ritual yang terbilang mahal ini.

"Coba lihat kalau keluarganya seperti itu (sambil menunjuk rumah panggung kecil), kalau dipikir-pikir mau berapa lama mereka mengumpulkan uang untuk beli kerbau. Untuk menyelenggarakan upacara kematian hari ini saja jenazahnya harus disimpan selama 6 tahun, baru ada uang setelah 6 tahun," keluh Abu.

Memang sewaktu merdeka.com datang, di Tana Toraja sedang berlangsung upacara Rambu Solo. Saat itu mereka mengadakan pesta dengan memotong belasan babi dan menarikan tarian Ma'badong. Dari keterangan Abu juga, diketahui upacara kematian saat itu diperuntukkan bagi perwira polisi yang wafat 6 tahun lalu. Setelah melakukan tarian, masyarakat Toraja melakukan santap siang dengan tuak dan daging babi yang disajikan untuk para tamu.

Suku adat Toraja, menjadi salah satu suku yang masih kental dengan ritual adat dan keagamaan. Padahal sebagian besar penduduknya telah menganut agama Kristen.

Adat Rambu Solo misalnya, adat ini bisanya berlangsung selama 3 hari untuk golongan masyarakat biasa dan seminggu untuk golongan bangsawan. Sebelum dibawa ke kuburnya di tebing atau di tempat tertentu, mereka harus menyelenggarakan pesta adat yang disebut dengan Rambu Solo. Pesta tersebut menghadirkan banyak tamu, biasanya para tamu membawa babi-babi untuk diserahkan.

Setelah menerima tamu, mereka juga mengadakan pertunjukan seperti adu kerbau atau tari-tarian, hingga keesokan harinya jenazah baru dibawa ke tempat peristirahatan. Berbeda dari zaman dahulu, kini banyak orang Toraja tidak lagi menempatkan jenazah keluarga mereka di gunung atau tebing, tetapi di kubur keluarga atau suatu tempat yang dekat dengan Gereja.

Sumber: merdeka

Sehat Gigi dan Mulut dengan Keju

Hasil penelitian kembali membuktikan manfaat keju bagi kesehatan gigi dan mulut. Menurut riset para ahli di Amerika Serikat, keju terbukti mampu meningkatkan perlindungan gigi dan mengurangi risiko gigi berlubang karena dapat menetralisir asam pembentuk plak.

Seperti dimuat jurnal General Dentistry, peneliti yang tergabung dalam  Academy of General Dentistry, melakukan riset melibatkan  68 responden berusia 12 sampai 15 tahun. Pada penelitian ini, satu kelompok responden diminta  memakan keju cheddar. Sedangkan kelompok lain ada yang mengonsumsi susu dan minum  yoghurt tanpa gula.  Setelah mengonsumsi jenis makanan tersebut, responden diminta berkumur.

Pengukuran tingkat keasaman dilakukan beberapa kali. Pertama, sebelum peserta mengonsumsi makanan tersebut, kemudian disusul setelah konsumsi makanan dengan jarak waktu 10, 20, dan 30 menit.

"Responden yang minum susu dan keju tidak mengalami perubahan pH. Sementara yang makan keju tingkat keasamannya naik menjadi lebih basa," kata pimpinan penelitian Vipul Yadav.

Perubahan tersebut, menandakan adanya perbedaan pada tumpukan plak dalam mulut. Plak diketahui tumbuh subur pada lingkungan asam. Sementara lingkungan basa menghalangi pertumbuhan plak.

Konsumsi keju akan membantu menetralisir lingkungan asam dalam mulut. Sehingga, gigi terhindar dari risiko pembentukan karang gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya lubang.

Hal ini dikarenakan melimpahnya produksi saliva (liur), yang merupakan cara alami tubuh untuk mempertahankan pH yang seimbang. Keju juga menciptakan lapisan perlindungan di sekitar gigi. Lapisan yang terdiri atas komponen biokimia ini, melindungi gigi dari asam yang bisa merusak lapisan pelindung.

"Makanan fermentasi membuat lingkungan mulut lebih basa, sehingga bisa melindungi gigi. Keju misalnya, memili kemampuan anti-cavity (gigi bolong)," kata Yadav.

Sumber: kompas

Waspada obat palsu

Masih banyaknya obat palsu yang beredar di pasaran membuat konsumen harus lebih jeli membedakan mana obat yang layak konsumsi atau tidak.

Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Reri Indriani mengatakan, secara kasat mata obat palsu memang sulit dibeadakan dari obat asli. Metode terbaik adalah melalui uji laboratorium. Karena itu cara paling sederhana untuk mencegah konsumsi obat palsu adalah membeli di apotek yang terpercaya.

"Untuk menghentikan peredaran obat palsu juga dibutuhkan pengurangan permintaan dari obat palsu sendiri. Masyarakat harus lebih cerdas dan kritis," katanya.

Obat palsu berasal dari limbah obat yang sudah kadaluarsa. Selain tidak akan mengobati penyakit, obat-obatan tersebut justru meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian.
  1. Dalam acara BPOM Sahabat Ibu yang bertajuk "STOP: Supaya Terhindar (dari) Obat Palsu" di Jakarta, Selasa (28/3/2013), Reri memberikan kiat agar terhindar dari obat palsu.
  2. Belilah obat di tempat penjualan resmi. Obat keras hanya bisa didapatkan di apotek dengan menggunakan resep dokter, sedangkan obat bebas dan obat bebas terbatas dapat dibeli di apotek dan toko obat berizin.
  3. Periksa label yang tercantum pada kemasan obat, yang meliputi nomor izin edar obat yang terdiri dari 15 digit, nama obat, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadaluarsa produk.
  4. Periksa kemasan obat dengan teliti. Obat harus tersegel dengan baik, warna dan tulisan pada kemasan masih baik, tidak luntur ataupun cacat lainnya.
  5. Sampaikan kepada dokter apabila tidak memberikan efek terapi yang diharapkan atau tidak ada kemajuan setelah mengonsumsi obat.
Sumber : http://health.kompas.com/read/2013/03/29/08310750/Agar.Terhindar.dari.Obat.Palsu